12 Jul 2023
Blogs
Inflasi dan investasi adalah dua konsep ekonomi yang saling berhubungan yang dapat saling mempengaruhi secara signifikan. Berikut penjelasan masing-masing konsep dan hubungannya.
Inflasi mengacu pada peningkatan berkelanjutan dalam tingkat harga umum barang dan jasa dalam perekonomian dari waktu ke waktu. Ini mengikis daya beli uang, artinya jumlah uang yang sama dapat membeli lebih sedikit barang dan jasa saat harga naik. Inflasi biasanya diukur menggunakan berbagai indeks, seperti Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Indeks Harga Produsen (PPI). Sementara Investasi mengacu pada alokasi sumber daya, seperti uang, waktu, atau usaha, ke dalam aset atau proyek dengan harapan menghasilkan pendapatan atau mencapai pengembalian di masa depan. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti saham, obligasi, real estate, atau memulai bisnis. Tujuan investasi adalah untuk menghasilkan pendapatan atau apresiasi modal dari waktu ke waktu.
Investor yang cermat akhir-akhir ini banyak mendengar tentang kenaikan inflasi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Inflasi di negara-negara maju yang dulunya selalu satu digit atau bahkan sangat rendah, mendekati nol persen, kini melonjak hingga dua digit. Inflasi yang sangat tinggi ini menimbulkan reaksi kebijakan moneter terutama di USA, UK dan Eropa dimana bank sentral negara-negara tersebut menaikkan suku bunga dengan sangat agresif sehingga menimbulkan gejolak di sektor keuangan dan menyebabkan arus keluar modal dari negara-negara tersebut.
Hubungan antara inflasi dan investasi dapat menjadi rumit dan dapat bervariasi tergantung pada keadaan tertentu. Berikut adalah beberapa poin penting yaitu :
1. Suku Bunga: Inflasi dapat memengaruhi suku bunga, yang merupakan faktor penting dalam keputusan investasi. Bank sentral sering menyesuaikan suku bunga untuk mengelola inflasi. Ketika inflasi naik, bank sentral dapat menaikkan suku bunga untuk mengekang pengeluaran dan mengurangi tekanan inflasi. Suku bunga yang lebih tinggi dapat membuat pinjaman menjadi lebih mahal dan berpotensi mengurangi investasi, khususnya di sektor yang sensitif terhadap bunga seperti real estate atau industri padat modal.
2. Penilaian Aset: Inflasi dapat memengaruhi nilai aset. Dalam lingkungan inflasi, harga aset seperti saham, real estat, atau komoditas dapat naik. Hal ini dapat menciptakan peluang bagi investor untuk merealisasikan capital gain dengan membeli aset sebelum harga naik lebih lanjut. Namun, inflasi yang tinggi juga dapat menyebabkan ketidakpastian dan volatilitas pasar, membuat keputusan investasi menjadi lebih menantang.
3. Pengembalian Investasi: Inflasi dapat memengaruhi pengembalian riil yang diperoleh dari investasi. Pengembalian riil mengacu pada pengembalian yang disesuaikan dengan inflasi. Misalnya, jika investasi menghasilkan pengembalian 5%, tetapi inflasi mencapai 3%, pengembalian sebenarnya hanya 2%. Inflasi mengikis daya beli keuntungan investasi, berpotensi berdampak pada keseluruhan profitabilitas portofolio investasi.
4. Investasi sebagai Lindung Nilai Inflasi: Beberapa investasi, seperti komoditas tertentu (mis. emas), sekuritas yang dilindungi inflasi (mis. Sekuritas yang Dilindungi Inflasi Treasury atau TIPS), atau real estat, sering dianggap sebagai lindung nilai potensial terhadap inflasi. Investasi ini mungkin berkorelasi positif dengan inflasi, artinya nilainya cenderung naik saat inflasi tinggi, sehingga melindungi investor dari tergerusnya daya beli.
Dampak Inflasi Terhadap Reksadana
Investor harus ingat bahwa percepatan inflasi adalah normal dan wajar selama inflasi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Jika inflasi terlalu tinggi, ini mungkin mengindikasikan bahwa ekonomi negara tumbuh terlalu cepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan suku bunga acuan bank sentral, agar pertumbuhan melambat, sehingga inflasi masyarakat tidak terlalu terakselerasi. Dalam kondisi suku bunga naik, harga obligasi dan saham cenderung turun. Tentunya hal ini juga berpengaruh pada turunnya return reksa dana, menjadikan kedua aset ini sebagai aset target dalam portofolionya. Di sisi lain, inflasi yang terlalu rendah (bahkan negatif) dapat mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi negara tersebut terlalu lambat dan daya beli masyarakat yang sangat lemah sehingga perusahaan barang dan jasa tidak dapat menaikkan harga atau bahkan harus menurunkan harga.
Oleh karena itu, dalam kondisi tersebut, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan memperkuat daya beli masyarakat, suku bunga acuan bank sentral perlu diturunkan. Dalam situasi di mana suku bunga cenderung turun, harga obligasi dan saham cenderung naik. Hal ini tentunya dapat meningkatkan kinerja reksa dana yang terkait dengan kedua aset tersebut. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi merupakan dua dari sekian banyak faktor penting yang mengindikasikan pergerakan harga saham dan obligasi. Melakukan analisis yang komprehensif terhadap pertumbuhan ekonomi dan indikator ekonomi lainnya dapat menjadi hal yang cukup sulit bagi seorang investor biasa sehubungan dengan keputusan investasi yang diambil sebagai seorang investor. Oleh karena itu, reksa dana dapat menjadi solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan investasinya.
Perhatikan bahwa reksa dana adalah tempat untuk mengumpulkan uang dari investor. Pengelola dana kemudian menginvestasikan dana yang terkumpul ke berbagai instrumen investasi, seperti saham, obligasi, atau deposito. Reksadana juga diartikan sebagai peluang investasi bagi investor, terutama investor kecil dan investor yang tidak memiliki banyak waktu dan pengetahuan untuk menghitung risiko investasinya.
#InvesNowCuanLater #BigDreamStartNow
Latest News
2 Des 2024
Updates
29 Nov 2024
Updates
28 Nov 2024
Updates
Siap untuk menumbuhkan
uang di masa depan?
Perjalanan Investasimu Dimulai Sekarang
Berizin & diawasi oleh
Bagian dari:
COMPANY
SUPPORT
Newsletter
Segarkan wawasan investasi Anda setiap harinya
dengan berita-berita financial dari newsletter kami.