Suku Bunga Bank Sentral (The Fed) dan Investasi di Indonesia

The Federal Reserve (The Fed) adalah bank sentral Amerika Serikat (AS) yang mengontrol sistem moneter AS dan memiliki pengaruh terhadap kondisi perekonomian global. Salah satu kebijakan moneter The Fed yang berpengaruh terhadap pasar dunia adalah naik turunnya suku bunga acuan. Kebijakan terkait suku bunga acuan The Fed dapat mempengaruhi tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan negara serta berdampak pula pada investasi. 

Pekan ini The Fed menaikkan suku bunga acuannya The Fund Rate (FFR) sebesar 5,25% - 5,5% pada Rabu (26/7/2023) dalam rapat Federal Open Market Commitee (FOMC). Kenaikan suku bunga acuan saat ini merupakan yang tertinggi dalam dua dekade terakhir. Keputusan tersebut dilakukan untuk meredakan tingkat inflasi. 

Grafik Suku Bunga The Fed

Sumber: Tradingeconomics

Pengaruh kenaikan suku bunga The Fed dari sisi domestik, tingkat inflasi Indonesia menurun ke kisaran target (2-4%). Meskipun tingkat inflasi menurun, saat ini Bank Indonesia tetap menahan suku bunga acuannya (BI7DRR) di level 5,75% dan masih akan melihat ketidakpastian terkait suku bunga AS. The Fed mengindikasikan akan menaikkan suku bunga kembali sebesar 25 bps pada September 2023 mendatang. 

Kenaikan suku bunga The Fed terhadap nilai tukar rupiah dan pasar obligasi domestik kali ini relatif tidak berdampak signifikan. Nilai tukar rupiah diperkirakan berada di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.800 per USD dan imbal hasil obligasi pemerintah IDR 10 tahun diperkirakan akan tetap berada di sekitar 6,2%. Naiknya suku bunga saat ini juga diprediksi tidak membuat investor menarik modalnya secara masif dari Indonesia sehingga potensi arus modal keluar (capital outflow) bisa ditekan dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tetap terjaga.