Domestik

Sudah tiga hari beruntun rupiah kalah melawan dollar AS. Pada perdagangan Kamis kemarin, Rupiah nyaris menyentuh Rp 14.900/US$ dan berada di level terlemah dalam 19 bulan terakhir.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) hari ini. Peluang outflow yang terbuka tersebut juga meninggalkan konsekuensi bahwa pelemahan harga saham masih terbuka.

Beberapa ekonom memprediksi kenaikan inflasi akan menembus 0.44% month to month, sedangkan tahunan diperkirakan 4.15%. Kamis kemarin IHSG ditutup melemah 0.44% ke 6.911,58.

Dari dalam negeri, pelaku pasar menanti rilis data inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Jumat besok.

Internasional

Kekhawatiran terhadap ekonomi yang melambat membuat resesi AS semakin nyata. Indeks belanja konsumsi perorangan (Personal Consumption Expenditures/PCE) naik 4.7% pada Mei atau melambat 0.2 persen poin secara bulanan dan lebih moderat dari ekspektasi pasar. Indeks PCE dijadikan tolak ukur The Fed untuk mengukur inflasi.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kekhawatiran muncul di pasar. Kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang lambat, prospek Earnings Per Share (EPS) yang pudar, serta pengetatan moneter yang berlangsung telah dan akan semakin membebani sentimen ekuitas selama berbulan-bulan.

Dari China, angka PMI manufaktur China pada Juni tahun ini naik menjadi 50.2, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 49.6. Pelaku pasar Asia Pasifik saat ini cenderung pesimis dengan kondisi makroekonomi global beberapa saat terakhir. Bursa saham Eropa mayoritas amblas kemarin. 

Penurunan tersebut terjadi setelah sentimen pasar kembali suram, karena tidak adanya prospek bahwa perang antara Rusia dan Ukraina akan berakhir dalam jangka pendek serta tekanan inflasi masih membayangi.

Download selengkapnya Daily Update dan Kinerja Reksa Dana di sini