Domestik
Bank Indonesia (BI) melaporkan angka penjualan ritel per September 2022 menjadi 4.56%
secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini menandakan masih kuatnya penjualan eceran
didukung oleh peningkatan penjualan kelompok makanan, Minuman, dan Tembakau serta
perbaikan pada kelompok Perlengkapan Rumah Tangga.
Selain itu diprediksi tekanan inflasi RI akan semakin meningkat apda Desember 2022-
Maret 2023, Hal ini karenakan kenaikan harga bahan baku serta kenaikan permintaan
karena akan menghadapi Natal.
Mayoritas investor kembali mengoleksi SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal
hasil (yield) di hampir seluruh SBN acuan. Hanya SBN tenor 5 tahun yang cenderung dilepas
oleh investor ditandai dengan naiknya yield.
Indeks bursa saham acuan Tanah Air ditutup ambruk 1.46% ke level 6.966,83 pada
penutupan perdagangan hari ini. IHSG lagi-lagi keluar dari zona psikologis 7.000. Nilai
transaksi IHSG pada hari ini sudah mencapai sekitar Rp 12.8 triliun.
Internasional
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury berjangka pendek yakni tenor 2 tahun
turun tipis 0.1 bp ke posisi 4.627%. Sedangkan yield Treasury benchmark tenor 10 tahun
melandai 3 bp menjadi 4.112%.
Saat ini mata investor tertuju pada jelang pengumuman inflasi AS yang diprediksi melandai
ke angka 8%.
Investor cenderung masih khawatir bahwa laporan inflasi nantinya justru akan
memberikan sinyal lebih lanjut tentang seberapa jauh bank sentral AS (Federal
Reserve/The Fed) menjaga agresivitas menaikkan suku bunga untuk menurunkan inflasi.
Selain itu, pasar terus mengamati perkembangan seputar pemilihan paruh waktu Kongres
AS, karena masih belum jelas partai mana yang akan mengendalikan Senat dan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Lagi-lagi hal ini lah yang akan berpengaruh pada keputusan
seputar kebijakan moneter dan pengeluaran kedepannya.
Download selengkapnya Daily Update dan Kinerja Reksa Dana di sini