Reksadana Campuran Rontok, Simak Pemicunya Berikut Ini
Secara mingguan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan sebesar -0,80% ke level 6633. Kinerja
negatif IHSG didorong oleh tiga sektor yang mengalami pelemahan terbesar selama
sepekan, yaitu sektor industri sebesar -3,11%, sektor Industri dasar -2,69%, dan sektor properti
sebesar -2,50%. Secara YTD transaksi investor asing tercatat dengan total pembelian
bersih senilai (Net Buy) Rp 20,58
triliun. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi pada Mei 2023 bakal terus
menurun. Sementara itu pemerintah menunda pungutan pajak progresif untuk ekspor
produk olahan bijih nikel hingga indeks harga acuan nikel Indonesia rampung
pada akhir 2023. Dari pasar Global, Wall Street ditutup kompak menguat pada perdagangan Rabu (31/05). Indeks
Dow Jones Industrial Average menguat +2,12% ke 33762. Indeks S&P 500 juga
menguat 1,45% di level 4282 dan Indeks Nasdaq Composite pun ikut menguat +1,07%
ke 13240. Tingkat pertumbuhan pekerjaan
(Non Farm Payrolls) AS secara tak terduga menambahkan 339 ribu pekerjaan
pada Mei 2023, terbesar dalam empat bulan. Disisi lain, tingkat pengangguran (Unemployment
Rate) di AS meningkat menjadi 3,7% pada Mei 2023, tertinggi sejak Oktober
2022 dan di atas ekspektasi pasar sebesar 3,5%.
Bagaimana dengan view Reksadana?
Kinerja reksadana rata-rata
secara mingguan, terlihat jenis reksadana saham mengalami pelemahan secara
rata-rata -0,35%, di sisi lain reksadana campuran
juga melemah -0,75%, kemudian reksadana pasar uang yang menguat +0,08%, serta
reksadana pendapatan tetap menguat cukup impresif sebesar +0,36%. Reksadana Campuran turun paling banyak dibandingkan dengan yang tipe saham di sepanjang pekan lalu, hal ini dikarenakan perubahan bobot MSCI telah membuat beberapa saham di konstituen reksadana manajer investasi menjadi tertekan. Sebut saja di sektor energi dan saham INKP yang di hari Jumat kemarin turun 5 persen. Kedepan transaksi
harga saham akan berisiko, karena Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menerapkan
auto rejection bawah (ARB) dengan batas maksimum 15% per 5 Juni 2023. Adapun
pelaksanaan auto rejection simetris akan dimulai pada 4 September 2023. Secara
umum, ringkasan analisa dari Fidelity Investment untuk bullish outlook ialah
interest rate telah peaked, maka The Fed bisa saja akan muted untuk menaikkan
suku bunga, akselerasi ekonomi masih positif untuk Emerging Market dan Earning
bisa rebound berkelanjut di kuartal-IV 2023.
Disclaimer
Data-data di atas merupakan informasi
terkait Reksa Dana dan bukan ajakan atau suruhan dalam
membeli/menjual produk investasi tertentu. Keputusan beli/jual
terhadap instrumen investasi sepenuhnya dipegang oleh investor itu sendiri.