Market Expect The Fed, Cut Rate Lebih Banyak di 2024

14 Des 2023

Updates

Market Expect The Fed, Cut Rate Lebih Banyak di 2024

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara harian tercatat melemah sebesar +0,70% dan ditutup di level 7,075 pada hari Rabu (13/12). Sektor yang mengalami pelemahan terbesar, yaitu sektor teknologi -2,22%, sektor industri +1,13% serta sektor finansial +1,09%. Saat ini IHSG masih relatif memiliki valuasi yang menarik dibanding dengan negara lainnya, dimana nilai Price Earning to Ratio (PER) bernilai 12,79x dan Price to Book Value (PBV) bernilai 1,87x.


Posisi foreign investor kembali masih mencatatkan penjualan bersih (net sell) atau ouflow sebanyak Rp 819 miliar pada perdagangan hari Rabu (13/12). Sehingga secara Year to Date (YTD) investor asing masih mencatatkan posisi net sell dengan total senilai Rp 16,70 triliun.


Wall Street ditutup kembali kompak menguat pada perdagangan hari Rabu (13/12). Dimana Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat cukup impresif sebesar +1,40% ke level 37,090. Indeks S&P 500 bertambah +1,37% ke level 4,707 dan indeks Nasdaq Composite juga lanjutkan trend penguatan +1,38% ke level 14,733.


Bank sentral AS, The Fed, kembali mempertahankan suku bunga pada level 5,25%-5,5% untuk pertemuan ketiga di FOMC meeting berturut-turut di bulan Desember 2023, sejalan dengan prakiraan market namun mengindikasikan bahwa akan mengalami penurunan sebesar 75bps pada tahun 2024. The Fed melihat unemployment 4.1% di 2024. Dan GDP growth 2.6% di 2023 serta 1.4% di 2024. Jika stimulus dikeluarkan menjelang Pemilu di AS, maka inflasi bisa terakselerasi kembali. 


Kinerja reksadana secara harian bergerak cenderung melemah pada perdagangan hari Rabu (13/12). Seperti jenis reksadana saham yang mengalami pelemahan sebesar -0,89%, diikuti reksadana campuran yang juga terkoreksi -0,49%, sementara itu reksadana pasar uang terapresiasi sebesar +0,01% dan terakhir reksadana pendapatan tetap masih terkoreksi sebesar -0,07%. 


Melihat perkembangan PDB Indonesia kuartal III 2023 yang berada dilevel 4,94% dalam posisi lebih rendah dari pertumbuhan PDB sebelumnya. Hal ini terjadi karena disinflasi global dan rendahnya penyaluran anggaran belanja pemerintah yang baru terealisasi 70%-an (per Oktober 2023). Kedepan, pemerintah berencana akan menerbitkan stimulus dan dan insentif fiskal. Dari hal tersebut diharapkan bisa mendorong sektor konsumsi, mengontrol inflasi serta bisa mendorong pertumbuhan PDB. Jika terealisasi maka kinerja reksadana, khususnya reksadana saham yag berdampak pada sektor terkait bisa diuntungkan dan mendapatkan return yang menarik.


#InvesNowCuanLater  #BigDreamStartNow

Disclaimer
Data-data di atas meru­pakan infor­masi terkait Reksa Dana dan bukan ajakan atau suruhan dalam membeli/menjual pro­duk inves­tasi ter­ten­tu. Kepu­tu­san beli/jual ter­hadap instru­men inves­tasi sepenuh­nya dipegang oleh investor itu sendiri.

floating-whatsapp

Siap untuk menumbuhkan
uang di masa depan?

Perjalanan Investasimu Dimulai Sekarang

logo
ojk
ojk

Newsletter

Segarkan wawasan investasi Anda setiap harinya
dengan berita-berita financial dari newsletter kami.

© 2025 PT Invesnow Principal Optima