Inflasi Indonesia Sesuai Target. PMI Amerika Serikat Terus Merosot
Secara harian Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) mencatatkan penguatan sebesar +0.52% ke level 6,696. Penguatan IHSG didorong oleh tiga
sektor yang mengalami penguatan terbesar, yaitu sektor energi +1,61%, sektor consumer
non-siklikal sebesar +0,67% serta sektor industrial sebesar +0,40%. Saat ini
IHSG masih ditradingkan dengan valuasi relatif menarik, yakni di Price Earning
Ratio (PER) sebesar 13,20x dengan nilai Market
Price Book Value (PBV) sebesar 1,76x. Investor asing akhirnya kembali membukukan
pembelian bersih (Net Buy) sebesar Rp
253 miliar pada perdagangan Senin (03/07). Sehingga secara YTD transaksi
investor asing tercatat dengan total pembelian bersih senilai (Net Buy) Rp 16,46 triliun. Bank Indonesia (BI) menyatakan, inflasi
pada Juni 2023 terus turun, sehingga kembali ke kisaran sasaran 3+1%, lebih
cepat dari perkiraan semula. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2023 tercatat 0,14% (mtm), sehingga
inflasi IHK secara tahunan menjadi 3,52% (yoy), lebih rendah dari inflasi IHK
bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4% (yoy).
Bagaimana Dengan View Reksadana?
Wall Street kembali kompak ditutup menguat
pada perdagangan hari Senin (03/07). Indeks Dow Jones Industrial Average menguat tipis sebesar +0,03% ke 34,418. Indeks
S&P 500 bertambah +0,12% ke level 4,455 dan Indeks Nasdaq Composite naik +0,21%
ke 13,816. PMI Manufaktur ISM di Amerika Serikat
turun menjadi 46 pada Juni 2023, dari 46,9 pada Mei dan di bawah perkiraan 47.
Angka tersebut menunjukkan tingkat kontraksi yang lebih cepat di sektor
manufaktur sejak Mei 2020, dengan perusahaan yang mengelola output turun karena
pelemahan berlanjut dan optimisme tentang melemahnya paruh kedua tahun 2023. Permintaan
tetap lemah, produksi melambat karena kurangnya pekerjaan, dan pemasok memiliki
kapasitas.
Kinerja reksadana secara harian rata-rata mengalami
penguatan sejalan dengan penguatan IHSG, seperti jenis reksadana saham yang
mengalami penguatan cukup signifikan sebesar +0,58%, diikuti
reksadana campuran yang juga menguat sebesar +0,47%, kemudian disusul reksadana
pasar uang yang menguat sebesar +0,07% dan terakhir reksadana pendapatan tetap juga
ikut menguat sebesar +0,06%. Dengan terus menurunannya laju inflasi Indonesia ke
3,52%, dan sisi lain juga kinerja kurs Rupiah terhadap Dollar terus menguat
sebesar 3,57% secara YTD, maka hal ini akan membuka peluang bahwa Bank
Indonesia kedepan akan memulai memangkan tingkat suku bunga acuan yang sudah
ditahan sejak 5 bulan berturut â turut. Hal ini tentunya menjadi angin segar
bagi risky asset. Dengan begitu, jika hal tersebut dilakukan oleh bank
Indonesia, maka aset kelas yang berisiko seperti saham dan obligasi korporasi
akan mendapat katalis positif.